Tujuan dan Agama

Posted by Diposting oleh inyoman indra ( hindu site ) On 11.10


Oleh : I Gede Suwantana
Na me bandho’sti mokso vâ bhrântih shântâ nirâksayâ

Aho mayi sthitam visvam vastuto na mayi sthitam.

(Astavakra Samhita, II. 18)

Aku tidak memiliki rintangan tidak juga kebebasan. Dengan menghilangkan pendukungnya, maka ilusi menjadi tiada. Oh, alam semesta, meskipun eksis dalam diriku, namun bukan Realitas.

DARI sudut pandang relatif, alam semesta dinyatakan eksis, bersumber dari Sang Diri itu sendiri. Tetapi dari sudut pandang absolut, alam semesta sesungguhnya tidak ada. Yang ada hanya Sang Diri seperti halnya kursi kayu. Jika dipandang dari bentuk, maka kursi dengan bentuk demikian ada, tetapi dari sudut sumber, maka kursi tiada lain kayu, dan hanya kayu saja. Kursi demikian ada hanyalah hasil dari suatu tindakan atas keberadaan awal. Bentuk kursi selalu berada dalam posisi sekunder bahkan tertier, tidak pernah menjadi primer. Sedangkan sumber dari segala sumber selalu berada dalam posisi primer, asli, murni, dan sempurna.

Ketika identitas kita cenderung ke bentuk, bukan pada bahan pembentuk, itulah ilusi. Bagaimana melenyapkan ilusi itu? Misalkan kursi tadi, haruskah kita menghancurkan kursi untuk mengenal diri sebagai kayu. Untuk tahu bahwa kita adalah Sang Diri itu, kita tidak perlu mengubah apa-apa, hanya menyadari bahwa kita bukan bentuknya, tetapi bahan baku pembentuknya. Kita hanya perlu mengubah identitas diri saja. Akibat tidak perlu diubah, karena tidak ada yang kuasa mengubah, tetapi ketika kita menyadarii bahwa kita adalah Sang Diri, maka yang ada hanyalah penyebabnya saja.

Kita berpikir bahwa diri kita terbelenggu, menderita, maka dari itu kita mencari pembebasan. Ini hanya ilusi yang dasarnya adalah kebodohan kita. Ketika kita dengan terus-menerus merefleksi diri pada Sang Diri, maka kebodohan ini akan lenyap. Ilusi akan kehilangan penopangnya dan lenyap dengan sendirinya.

Dikatakan bahwa Diri tidak punya rintangan atau kebebasan, Ia selalu murni mengatasi dualitas. Ia tidak berada pada salah satu sudut dualitas itu. Ia berada di luar baik-buruk, panas-dingin, belenggu-bebas, selalu mengatasi segalanya. Sepanjang kita ignorant, kita merasa hidup ini penuh dengan rintangan dan kita hidup berusaha menghindarkan diri dari rintangan itu. Demikian juga ketika kita merasa bebas, segala sesuatunya terpenuhi, nyaman, kita merasa bahwa hidup datar dan membosankan saja, kita lalu mencari tantangan hidup di luar. Kita selalu ingin bergerak dari satu ujung ke ujung yang lain.

Dewasa ini orang yang taat beragama pun sesungguhnya ingin lari dari satu ujung ke ujung lainnya. Orang yang telah bosan dengan belenggu hidup lalu mencari perlindungan dalam agama, kemudian agama menyajikan hiburan dan kita melupakan belenggu tersebut. Demikian juga orang beragama dan percaya pada Tuhan hanya karena warisan. Agama sekarang menjadi multifungsi, sebagai penghibur, sebagai kelanjutan tradisi, sebagai identitas, sebagai lahan untuk menguasai orang lain, sebagai lahan untuk menunjukkan kepintaran, dan lainnya, tetapi kehilangan fungsi aslinya, yakni mengembalikan pandangan manusia yang biasa keluar menjadi ke dalam. Kita beragama hanya untuk tujuan tertentu.

Ada tujuan, berarti ada sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan hanya ada dalam akibat, dalam sebab tidak ada tujuan. Kitab suci mengatakan bahwa untuk menyatu dengan Brahman maka kita harus mampu melenyapkan keinginan kita dengan sempurna, Hanya dengan demikian Brahman dapat kita capai. Tujuan itu selalu berada dalam keinginan. Karena kita ingin maka tujuan itu tercapai. Jika dikatakan bahwa kita akan mencapai Brahman ketika keinginan telah lenyap berarti tujuan dengan sendirinya juga harus tiada. Maka dari itu, jika menjalankan agama ada maksud atau tujuan, maka agama hanya sebagai alat pemuas apa yang kita inginkan, agama akan kehilangan kesuciannya. Tujuan kitalah sesungguhnya yang meracuni agama kita sendiri. Pelaksanaan ajaran agama tidak lagi menjadi ekspresi murni atas keberadaan kita sebagai entitas ilahi, tetapi ekspresi atas keinginan dan tujuan-tujuan kita.

0 komentar

Posting Komentar