Tvayâ vyâptamidam visvam protam yathârthatah
Shuddhasuddhasvarupastvam ma gamah ksudacittâm
(Astavakra Samhita.I.16)
Engkau menyelimuti jagat raya ini dan jagat raya ini ada dalam dirimu, engkau sungguh
kesadaran murni oleh sifat alamimu. Jangan berkecil hati.
Astavakra, dalam memulai pelajarannya kepada Raja Janaka, diawali dengan pelajaran tentang eksistensi. Ia berbicara tentang keberadaan kita yang sesungguhnya, yakni Atman. Ketika berbicara Atman, maka penjabarannya seluas berbicara tentang Brahman. Dan, saat berbicara tentang ranah ini segala sesuatunya menjadi serba terbalik. Kita tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa keberadaan kita hampir sempurna berbanding terbalik dengan yang kita pikirkan atau kita pahami sebelumnya. Tidak salah, banyak orang yang baru belajar di ranah ini menjadi gila, salah pengertian, dan merasa super. Kondisi ini sesungguhnya turning point orang belajar tentang Diri Sejati. Ego spiritualnya melambung tinggi yang kemudian akan ditundukkan secara perlahan oleh pengalaman hidup.
Dari awal kita berpikir, kita itu lemah, tidak mampu, serba kekurangan, terbatas. Semua itu benar adanya sepanjang identifikasi kita pada badan dan pikiran yang ada bersama kita. Kondisi ini memang demikian adanya. Pikiran, seberapa pun cerdasnya tetap memiliki keterbatasan dari perspektif keinginan kita. Badan juga sangat lemah dalam mengatasi keadaan cuaca, kondisi alam, tantangan yang berat dan sebagainya. Tetapi ketika kitab suci menyatakan diri kita sejati bukan identifikasi itu, maka mata kita terbuka dan paham bahwa yang hidup ini bukan kita tetapi penyebabnyalah kita. Kita mulai menyadari bahwa kita adalah Atman, sumber dari segala sumber, menyelimuti segalanya, murni, dan
kesadaran tertinggi. Secara logis semua itu benar dan bisa ditelaah oleh akal pikiran kita.
Ketika dalam praktik hidup sehari-hari, ajaran ini menjadi rancu oleh sebagian besar dari kita. Setelah kita menyadari tentang keberadaan kita sebagai Atman, kita lalu merasa kita bisa melakukan segalanya. Kita telah berubah dari lemah menjadi kuat, kita merasa bisa melakukan apa saja, karena kita telah mendapat pengetahuan sejati ini. Lalu kita melakukan banyak hal, karena merasa kekuatan kita sama dengan Tuhan, karena Atman dan Tuhan sama, dan kita adalah Atman itu sendiri bukan badan.
Saat perjalanan pulang yang menempuh jalan panjang, badan dalam perjalanan tetap badan yang terbatas. Kita terima keterbatasan itu dan kita istirahat untuk memulihkan tenaga. Namun kita tahu bahwa kita adalah Atman seperti yang dijelaskan oleh Astavakra, menyelimuti segalanya. Alam semesta ini ada di dalam diri kita sendiri. View kita tentang diri kita sendiri menjadi jelas. Air laut dan buih dalam ombak, setelah menyadari bahwa buih adalah air itu sendiri, maka buih itu menemukan bahwa ia sesungguhnya satu dengan samudera luas. Tetap karena dalam samudera ini ada ombak, maka buih itu selalu ada. Buih tidak akan berubah, meskipun setelah mengetahui dirinya lautan itu sendiri, bentuk buih tetap sama
0 komentar
Posting Komentar