Mempersembahkan Makanan

Posted by Diposting oleh inyoman indra ( hindu site ) On 11.24

Oleh : I Nyoman Putrawan, Tabanan

Manusia sepenuhnya tergantung pada makanan untuk mempertahankan hidupnya. Makanan merupakan sumber energi yang menunjang tenaga fisik dan mental.


Dari makanan pula seseorang ditentukan sifat-sifatnya, tingkat agresifitas serta kecenderungan-kecenderungan lainnya. Ini disebabkan karena semua bahan makanan memiliki sifat khas masing-masing. Dengan memindahkan bahan makanan itu ke dalam tubuh secara sistematis pula zat-zat hidupnya menjadi susunan daging, otot, lemak, enzim dan hormon-hormon. Adanya gairah, tabiat dan keinginan munculnya dari energi penggerak dan energi ini sebagian bersumber dari makanan selain udara yang kita hirup serta zat-zat prana yang lebih halus. Vitalnya fungsi makanan membuat orang selalu mencari tahu tentang seluk beluk makanan dan cara memakannya yang efektif agar berguna optimal bagi tubuh dan pikiran. Dengan memahami arti hidup berkualitas baik jasmani maupun rohani, maka kebiasaan-kebiasaan leluhur terkait dengan makanan akan bisa dimengerti. Salah satu kebiasaan yang sering dianggap suatu “kebiasaan belaka atau hanya “kegiatan dogmatis” tanpa manfaat yaitu “ ngejot atau yajnasesa atau persembahan makanan setiap pagi seusai memasak. Aktivitas ritual makanan sering menjadi kegiatan mekanis saja, suatu rutinitas tanpa dibarengi kesadaran terhadap fungsi ritual
tersebut. Akibatnya ada banyak kekeliruan dalam pelaksanaannya dan berkurang pula manfaat yang dapat dinikmati.

Arti Makan
Makan adalah suatu tindakan sadar untuk memasukkan sesuatu makanan ke dalam mulut untuk dinikmati oleh indera pengecap (lidah) dan diketahui dengan sadar bahan yang dikunyah itu bermanfaat bagi tubuh. Dalam makan kita memetik empat manfaat : Pertama, bentuk makanan yang memuaskan penglihatan kita, sehingga jenis makanan tertentu juga memberi kepuasan jiwa. Kedua, bau makanan dengan aroma sedap mampu membangkitkan gairah. Seperti diketahui bau berpengaruh terhadap kondisi emosi seseorang. Wangi-wangian merangsang kesegaran, keindahan sukacita dan birahi. Aroma pedas merangsang kegelisahan, agresif, marah. Aroma manis mendorong perasaan nyaman, tenang dan sebagainya. Therapi stres kini banyak memanfaatkan sistem therapi aroma untuk merangsang hormon-hormon tertentu di otak yang dapat mere dakan ketegangan syaraf. Dengan demikian pilihan bahan dan bumbu tertentu dan setiap makananjelas berpengaruh tangsung terhadap reaksi tubuh dan emosi mental. Ketiga, dan makanan kita bisa menikmati rasa dan kecapan lidah. Makanan tidak melulu untuk memenuhi pasokan nutrisi bagi tubuh, tetapi juga untuk memuaskan indera sehingga saat makan bukan tubuh saja yang mencerna melainkan jiwa yang senang menikmati makanan itu dan juga proses makan ini sebaiknya juga tercerna dengan baik oleh visi spiritual seseorang. Keempat, makan secara umum untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh. Secara umum menurut terminologi ilmu moderen setiap bahan makanan akan mengikat sejumlah energi dalam bentuk vitamin, protein, mineral dan zat-zat lainnya. Namun menurut kacamata spiritual, makanan mengikat unsur lebih banyak dan itu seperti juga getaran emosi bahan makanan seperti daging hewan akan mengikat sifat ketakutan dan hewan tersebut manakala saat disembelih. Makanan juga mengikat energi “proses” waktu memasak. Kitab Weda mengajarkan supaya seseorang yang memasak hendaknya dalam keadaan bersih lahir batin, tidak bergunjing, sambil marah-marah, atau memikirkan hal-hal negatif. Aturan tersebut bukan saja aturan etika dogmatis, tetapi menghindarkan sifat-sifat energi kasar yang dapat melekat pada makanan tersebut. Energi yang tidak terdeteksi laboratorium itu oleh para yogi telah dibuktikan sangat berpengaruh terhadap siapa saja yang menyantap makanan yang dimasak dengan menyalahi aturan. Kemerosotan di bidang spiritual sudah pasti, bahkan energi negatif itu juga diproses oleh tubuh yang mendorong sakit-penyakit berkembang.

Mempersembahkan Makanan
Secara tradisional leluhur orang Bali menghaturkan makanan yang sehabis dimasak kepada api dapur, air, beras, roh leluhur, dewa-dewa, bhuta kala di halaman dan di pintu keluar rumah. Secara ketika ini dimaksudkan supaya tumbuhnya kesadaran, bahwa makanan bukan saja untuk pemuasan din sendiri melainkan untuk terpeliharanya alam semesta. Dengan menyadari makanan bukanlah untuk kebutuhan sendiri akan menekan ahamkara atau ego seseorang. Mewaspadai sifat tamak serta mengembangkan sifat prema (kasih). Tentu aplikasinya pun harus nyata, sehingga Yajna sesa bukan sekadar rutinitas mati tanpa praktek. Mnakala ada orang mengemis yang membutuhkan makanan adalah wajib atau perlu untuk memberikannya. Makanan terlebih dahulu hendaknya disajikan kepada tamu kalau ada, tetangga fakir dan baru tuan rumah.

Dengan mempersembahkan makanan setiap han dan memakan sisa dan persembahan tersebut (prasadam) memberi keuntungan besar bagi seseorang. Dengan memakan jenis makanan seperti itu yaitu makanan yang telah tersucikan membuat seseorang memakan karunia yang tiada terkira. Bhagavadgita mengajarkan, “yajna sishtasinah santo, muchyante sarva kilbishaih, bhunjate te ty agham papa, ye paehanty atma karanat” (yang baik makan setelah upacara bakti akan terlepas dari segala dosa, tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi diri sendiri, mereka ini sesungguhnya makan dosa) [Bhavadgita III – 13].

Mempersembahkan makanan sekaligus bersedekah doa atau mengirim getaran pikiran, kehendak baik kepada alam semesta, bahkan kepada lapisan alam-alam lebih tinggi dan rendah seperti ke pitri loka, swarga loka dan alam bawah. Dengan puja dan persembahan dewa-dewa dan leluhur dipuaskan dan dengan persembahan mahluk-mahluk bawah didamaikan. Banyak yang masih mengira doa dan persembahan hanya kewajiban agama dan suatu upaya untuk meminta sesuatu. Manakala orang berdoa dan memasrahkan kesadarannya kepada Tuhan saat itu juga ia ibarat memonitor sifat-sifat agung ilahi. Berdoa sama halnya memilih siaran televisi dan stasiun terbaik. Di alam semesta ini berseliweran gelombang energi besar. Tergantung gelombang mana yang kita akses. Melepas pikiran baik melalui doa saja sudah menyambungkan kita dengan gelombang energi positif (ketuhanan) apalagi ditunjang dengan teknik-teknik mengakses gelombang ketuhanan. Dengan mengetahui sifat kerja alam semesta orang tidak mudah frustasi karena doanya tidak terkabul dan juga tidak merasa jenuh melakukan aktivitas keagamaan.

Mempersembahkan makanan berarti memberi getaran baik pada makanan tersebut. Suatu tindakan sterilisasi rohani dan duniawi (dalam sifat terbatas). Dengan melakukan persembahan makanan dengan benar dan teratur, kesehatán jasmani dan rohani akan terpelihara.

Aturan Memasak
Menurut kitab Ayurveda perempuan yang lagi haid dilarang memasak karena ia sedang terlibat proses pembersihan yang sebaiknya memusatkan din pada proses tersebut dan tidak melakukan kegiatan lain. Sedapat mungkin menghindari makan makanan yang dipersiapkan oleh pelacur. Juga masakan restauran, catering, fast food ini karena mereka memasak hanya mementingkan sejumlah keuntungan dalam pikirannya saat memasak, bukan memikirkan terpeliharanya hidup ini. Pada jaman dahulu tukang masak dipilih dari golongan brahmana, sehingga pengaruh rohani yang memuliakan akan dipindahkan kepada makanan.
Hindari masakan menjadi gosong, kurang masak, memiliki rasa yang tidak enak, basi dan semua yang merusak selera. Yang juga penting sebaiknya siapa yang mengasihi anda sajalah memasak untuk anda, sebab tujuan si pemasak saat memasak akan mengalir kepada makanan.

Aturan Makan
Makanan adalah persembahan demikian juga makan adalah peristiwa persembahan/yajna. Orang Bali bilang kalau makan itu “melayani Dewi Çri” artinya makan itu ritual bukan hura-hura. Hanya proses yang benar menghasilkan hasil baik. Ayurveda menganjurkan agar berdoa sebelum makan, terus hindari makan sambil bercakap-cakap, nonton TV atau mendengar radio. Perhatian harus terpusat pada makanan dan menikmatinya dengan penuh rasa syukur, bahkan ketika disuguhi makanan yang tidak disukai tetaplah makan dengan hormat dan tulus, karena pengorbanannya (bahan makanan) tentu sepanjang tidak sedang pantang makan tertentu. Kebencian terhadap makanan tertentu akan turut masuk sifat kebencian ke dalam badan melalui makanan, maka perlu dipelihara rasa hormat dan suka cita saat makan. Hindari makan waktu sedih, marah, bosan atau emosi tidak stabil. Selain itu orang hendaknya bijaksana memperhatikan dirinya, jenis makanan apa yang balk bagi tubuhnya sehingga tidak teijadi salah konsumsi. Ayurveda menganjurkan untuk menghindari melakukan ativitas seksual dan olahraga satu jam sesudah makan dan tunda belajar anda sampai lewat dua jam sesudah makan

0 komentar

Posting Komentar